Di Balik Bendungan Wonorejo

Di tahun 1982 dimulai pembangunan Bendungan Wonorejo untuk mengendalikan banjir dan pembangkit PLTA untuk obyek wisata serta memasok air minum bagi kepentingan kota industri Surabaya. Demi pembangunan dan pembebasan tanah, 520 hektar tanah persawahan, pemukiman, sekolah dan pasar tergusur, warga dipindahkan dengan transmigrasi lokal, antar pulau atau pindah ke keluarga serta hidup di kawasan sabuk hijau (green belt). Mayoritas penduduk petani yang mendapat ganti rugi tanah mulai membangun rumah tembok berlantai porselen, membeli televisi dan sepeda motor. Mereka yang mendapat banyak ganti rugi membuka lahan kerja baru, sedang yang mendapat sedikit ganti rugi beralih profesi menjadi buruh industri, penjaja makanan, sopir, pembantu rumah tangga atau menjadi buruh sadap pinus. 

Simbolisasi Sistem Keyakinan a la Perupa


Dua seniman residensi HotWave #2 di Cemeti kali ini, sama-sama tertarik pada persepsi simbolisasi sistem keyakinan di masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah simbol burung Garuda dalam lambang negara yang mencakup 5 prinsip dasar Pancasila yang dibawakan secara satir oleh Bowo, serta simbol Kristus dalam agama Katolik yang diusung secara universal oleh David. Selama periode residensinya, Bowo menajamkan gagasannya pada lambang negara Indonesia, burung Garuda Pancasila. Ketertarikan terhadap simbol negara ini sudah lama muncul ketika Ia bersama rekannya dalam kelompok Bocor Alus membuat karya performance "Melepas Burung Gapura" pada tahun 2003 dan 2006. Kini Bowo mencoba menanyakan kembali burung garuda yang diagungkan sebagai simbol tanah airnya dengan menghadirkan beragam karya tiga dimensi yang bernada satir. Dalam beberapa karya, Bowo membawakan ulang simbol-simbol yang ada dalam tubuh Garuda Pancasila tersebut dan mengaitkannya dengan situasi masa kini. 

Sita Sarit • 2018-2019