Desa tanpa Pahlawan

Awan bergumpal-gumpal di atas pohon kenari. Warnanya abu-abu gelap dan tampak berat. Semut-semut pada berlarian dari balik akar-akar kekar pohon, beriring-iringan menyusuri rerumputan menuju anak tangga sekolah. Bangunan terdekat dari pohon kenari. Anak-anak di dalam kelas tiba-tiba terlihat ceria dan mulai berteriak-teriak sembari memandangi balik jendela. Ingin segera pulang dan berlarian di bawah hujan. Semua anak, kecuali Polan.

Polan masih cemberut. Semenjak pagi hari ini Polan cemberut. Sambil menggaruk-garuk tanah dan memandangi hewan-hewan kecil yang berusaha keluar dari tanah, Polan menggerutu sendirian. Sesekali ia melirik ruang-ruang kelas sekolahnya yang tampak dari pohon-pohon kelapa yang menutupi sosok tubuhnya. Ia tahu akan turun hujan dalam waktu yang tidak lama, tapi ia juga tahu kalau ia tidak juga bisa pulang ke rumah Paman sebelum jam sekolah berakhir.


Hari ini adalah hari ke-tiga dalam satu minggu Polan membolos dari sekolah. Sejauh ini Paman belum tahu meski beberapa guru sudah memperingatkan Polan di kelas. 

Menggagas Artefak Palsu dan Figur-figur Fiksi


Pada awal masa tinggalnya dalam residensi, Charlotte Schleiffert dan M.R. Adytama Pranada atau Charda diberi kebebasan untuk melihat kota Yogyakarta seluas-luasnya untuk mencari inspirasi berkarya dan menggali informasi tentang topik yang mereka minati. Charlotte mengumpulkan beberapa buku, laman web, novel serta berlangganan harian umum berbahasa Inggris untuk mengenal lebih dekat kebudayaan, sejarah dan situasi terkini Indonesia secara umum. Dalam proses berkarya sebelumnya, ia memang sering menggunakan metode penelitian media untuk menelusuri narasi-narasi yang dianggapnya penting.


Sarimin Masih Hidup!

'Sarimin' di Plengkung Gading pada suatu sore yang terik-menyengat.
'Sarimin', panggilan populer terhadap monyet yang dipekerjakan dalam atraksi Topeng Monyet ini ternyata masih dapat ditemukan di Plengkung Gading, pada sore yang kadang-kadang. Ada dualisme dalam pikiran saya ketika melihatnya sore tadi, antara kasihan dan terhibur. 

Banyak berita tidak sedap dari para pencinta binatang mengenai atraksi ini: bahwa si pawang tidak perduli pada kesehatan sang monyet, bahwa si monyet harus dipaksa dan kadang disiksa untuk dapat patuh pada majikannya dan menghibur sang penonton, bahwa sang monyet diperbudak, bahwa sang monyet diburu dari habitat aslinya dan dirampas hak hidup bebasnya serta diperjualbelikan dengan ilegal.

Tapi, dalam hati yang naif saya juga bertanya-tanya: adakah pawang Topeng Monyet yang baik hati dan menyayangi monyet yang telah memberinya nafkah laiknya sahabat?

wallahualam-bissawab.

sita.

Donasi Pertama

Donasi Pertama, Imogiri 2013

Helmku Sayang, Iklanmu Malang



Siang tadi saya harus mengambil beberapa uang tunai di atm. Setelah berpamitan dengan Agni teman sekantor, membawa dompet dan kartu atm serta memakai helm dan memasang talinya hingga berbunyi klik (!), :) saya bergegas berangkat ke bank terdekat dengan naik motor.

Bergerak santai, dari kantor saya mengarah ke utara dan berbelok ke kanan melewati lampu bangjo dan pasar gading. Tidak jauh dari pasar saya langsung tertegun kaget pada sebuah baliho lumayan besar yang terpampang di atas kepala saya.. UWOOOW!!! menarik sekali baliho ini... Sayang sekali saya terlanjur bablas, meskipun saya bela-belain balik lagi sepulang kerja untuk mengambil gambarnya.

Hahaha.. Rasanya saya seperti terbawa ke akhir dekade 90-an melihat warna dan gaya iklan layanan masyarakat tersebut.. Masa-masa dulu saya menghabiskan waktu berjalan kaki ke SD sambil melihat baliho di sepanjang jalan. Wajah model ibu-ibu, eh, mbak-mbak di baliho itu, dandanannya, pemilihan warna, gradasi dan fonts.. well, kecuali jilbabnya yang secara jelas menunjukkan kepopuleran islamisasi (atau arabisasi?) yang belakangan terjadi di sini.

Makhluk-makhluk Air

Dalam hati siapa tahu, dalam air siapa duga?
Pagi ini tidak seperti biasanya. Aku bangun pagi, meskipun tidak sepagi orang-orang yang terbangun karena adzan shubuh dan bangkit untuk menghadap tuhan mereka. Pukul 6:30 sudah cukup pagi bagiku.

Berdiri dari ranjang, segera menuju ke kamar mandi, mencuci muka dan menyikat gigiku yang penuh sisa makanan yang menempel tadi malam, kadang-kadang ketika asam lambung naik aku terdengar seperti ibu hamil muda yang kesakitan karena morning-sicknya. Yang kadang-kadang seperti sekarang ini: aku tidak suka.

The shut doors and rusty locks of Pecinan






First house that caught my attention! What a nice arrangement!
Last week I had the chance to visit an opening of my art photographer-friends' exhibition at Semarang, Central Java. In two days and a night, me and my friends were walking, well frankly, taxi-ing around the city and got to check some tourism spots we googled days earlier. 

We stayed in a small budget-hotel at Pecinan, the chinese-community kampung or what-so-called China Town in the center of Semarang. Wake up earlier in the morning, I sneaked to have my me-time, snap-shoting the houses nearby the Hotel using my new-cheapo Fuji pocket camera. Old houses with a mix of Chinese-Dutch style in da neighborhood!


Terlalu lelah


Kadang terlalu lelah
Menunggu dan terus menunggu
Menghitung ritme jarum
Yang berputar tiada henti
Dan semua tiada kembali
Terlalu.
Selalu.

solo 131007

Tak berjudul


Dan beranjaklah secepat mungkin untuk lepaskan penat/
mengemas berita yang tersingkap oleh burung gagak,
tadi malam ia bertengger di pojok balkon rumahku/
walau endapan panorama di pelupuk mata masih terasa/
dan rembes air mata yang mengering sejak semalam,
tlah menemani jiwa yang resah dalam tubuh sempurna ini/
aku harus lepas dari segala putus-asa,
gelisah yang terus hempaskan diriku dalam kegelapan/
demi langkah yang berat yang kan kutancapkan di permukaan planet biru ini/

2008

Tak berjudul

tulisan lama terbengkalai, tercerai-berai
kata-katanya muspra
huruf-hurufnya telah merapuh
dulu disusun dahi pun berpeluh
siapa yang tahu.
tulisan lama terpendam dalam
pelan-pelan dilirik, diinceng
agar tiada hilang
makna pun pulang.

yk, 5413

If it shall turn

Perfect. lack nothing.
appear to be a complete pack.
anyhow..
my fellow,
no will times reverse.

Friday, 2 July 2010

/shh.../


I won't put more works on this run-down feelings.
Let us drown our sorrows
no care for this ruining party.
Take silence. Once.
Though,
My avoidance of speaking,
means not to fail you.

Tuesday, 29 June 2010

Luka


#1
Rupa.
Wajahmu tak kukenali.
Tak ada gambar potret terbikin.
Luka.
Akulah wajahmu.
— feb.13

#2
Benang fibrin terangkai
Menjalin luka
Satu-satu sel yang mati tergantikan
Mengganti memori akan tubuh lama nan rapuh
— feb.mid.13

previously posted on tumblr

Sita Sarit • 2018-2019