Desa tanpa Pahlawan

Awan bergumpal-gumpal di atas pohon kenari. Warnanya abu-abu gelap dan tampak berat. Semut-semut pada berlarian dari balik akar-akar kekar pohon, beriring-iringan menyusuri rerumputan menuju anak tangga sekolah. Bangunan terdekat dari pohon kenari. Anak-anak di dalam kelas tiba-tiba terlihat ceria dan mulai berteriak-teriak sembari memandangi balik jendela. Ingin segera pulang dan berlarian di bawah hujan. Semua anak, kecuali Polan.

Polan masih cemberut. Semenjak pagi hari ini Polan cemberut. Sambil menggaruk-garuk tanah dan memandangi hewan-hewan kecil yang berusaha keluar dari tanah, Polan menggerutu sendirian. Sesekali ia melirik ruang-ruang kelas sekolahnya yang tampak dari pohon-pohon kelapa yang menutupi sosok tubuhnya. Ia tahu akan turun hujan dalam waktu yang tidak lama, tapi ia juga tahu kalau ia tidak juga bisa pulang ke rumah Paman sebelum jam sekolah berakhir.


Hari ini adalah hari ke-tiga dalam satu minggu Polan membolos dari sekolah. Sejauh ini Paman belum tahu meski beberapa guru sudah memperingatkan Polan di kelas. 

Sita Sarit • 2018-2019