Eksperimentasi Dangdut, Suara-suara dan Obyek Aluminium
Selama residensinya, Agnes Christina mengeksplorasi fenomena akan gosip sebagai bagian yang berpengaruh dalam budaya lisan di kehidupan sehari-hari. Agnes mengangkat konsep gosip tersebut melalui karya video interaktif berjudul 'Tukang Gosip', yang juga memunculkan sisi performatif pada presentasinya. Bersama-sama dengan para kolaborator: Silvia Purba, M. Zaenal Arifin (Waluyo), Burhan; videomaker Bambang K.M (Ipung) dan musisi Lintang Radittya, Agnes mengembangkan project video interaktif tersebut, bermain-main dengan fleksibilitas kata-kata serta pengenalan kesalahan dan variasi ke dalam informasi yang disampaikan. Keterlibatan pengunjung dalam pertunjukan tersebut semakin memperkuat eksplorasi sifat manipulatif dari komunikasi lisan, layaknya orang yang secara tidak sadar cenderung menambahkan, membesar-besarkan dan memodifikasi konten yang mereka terima dari orang lain. Dalam menangkap fenomena gosip melalui medium video dan performans ini, karakter gosip yang spontan pun dapat dipertahankan.
Di sisi lain proses residensinya, pertunjukan 'The Second Moon' adalah hasil eksperimen Agnes bersama aktor Rendra Bagus Pamungkas, Silvia Purba, serta Rachel Hill sebagai pembaca puisi, untuk mengelupas puisi-puisi ciptaan Agnes. Sebelumnya, Agnes juga mengadakan workshop manajemen teater yang mengundang Emanorwatty Saleh, aktor dan praktisi manajemen panggung teater di Singapura, sebagai pembicara. Pada workshop ini hadir sejumlah mahasiswa dan pelaku teater muda di kota Yogyakarta dan sekitarnya.
Dalam pameran ini Alex Cuffe, perupa dari Australia, menciptakan kenyataan Neo-shamanist miliknya sendiri di dalam tujuh karya. Ia mengubah bebatuan candi kuno menjadi mesin karaoke peramal masa depan, soket listrik menjadi “soket batu” serta 'memelihara' ganggang hijau yang diberi pakan Pocari Sweat. Di dua karyanya yang lain, alex membuat patung jamur hijau dan patung berbentuk kotoran yang terbuat dari bubuk susu coklat ternama. Dua karya terakhirnya memperlihatkan budaya konsumsi baik mengenai konsumsi minuman di karya 'Pocari' dan budaya dan bahasa di karya 'Bro Mas'.
Terinspirasi oleh budaya do-it-yourself dan lingkungan Yogyakarta, Alex menciptakan realitas ganjil yang secara jenaka mempertanyakan dan bermain-main dengan unsur ketulusan dan ironi, realitas dan ilusi. Karya Alex dikerjakan dengan memanfaatkan berbagai kesempatan dan momen-momen kekacauan, memakai bahan organik dan software video acak. Sebagai seorang seniman interdisipliner ia mengeksplorasi materialitas melalui ekosistem biologi, suara eksperimental serta patung, instalasi dan media baru. Sebagai bagian dari kerja sosial dan kemasyarakatan, di tengah masa residensinya Alex membuat sebuah perbincangan mengenai isu-isu seputar pembuatan instrumen kontemporer dan praktik musik eksperimental. Di forum ini Alex turut mengundang musisi kontemporer sebagai moderator dan pembicara; Wok the Rock, Wukir Suryadi, Krisna Widiathama dan Lintang Radittya. Forum ini diakhiri dengan workshop non-formal tentang prinsip pembuatan instrument dasar oleh Alex Cuffe, Wukir Suryadi, Rully dan Krisna Widiathama.
Seniman dari Belanda, Ellert Haitjema, dalam residensi ini menampilkan karyanya yang keseluruhannya diberi judul 'The Big Shift'. Dengan dua belas karyanya, Ellert dengan tegas bereaksi terhadap lingkungan Yogyakarta dan memberikan pandangan tentang cara dia melihat dan mengalami. The Big Shift bermain-main dengan pertemuan dan koneksi benda-benda dalam kehidupan kita sehari-hari: bola lampu, kuas, kemasan makanan, microphone yang sekilas tidak ada hubungannya antara satu sama lain. Dengan menciptakan berbagai patung dan instalasi dari aluminium, foto di atas vinil, bambu, bahkan material yang sangat umum seperti pasir, Ellert membebaskan objek dari fungsi dan konteks yang sesungguhnya. Ellert secara simultan menciptakan bahasa estetik yang berusaha untuk merangsang imajinasi penonton untuk melihat berbagai hal dengan cara yang berbeda.
Ellert juga menampilkan sebuah video dokumentasi atas project Wild Beaming yang dilakukannya bersama beberapa seniman muda Yogyakarta sebagai kolaborator: Dito Yuwono, Doni Maulistya, Ketjil Bergerak (Greg Sindana, Invani Lela Herliana, Wijanarko Ismail, Derriyansyah), Timoteus A. Kusno serta Nindityo Adipurnomo. Di project ini Ellert dan para kolaborator bersama-sama bereksperimen untuk memproyeksikan visual pilihan ke dinding-dinding ruang publik di area kota Yogyakarta selama beberapa saat dalam satu malam. Dalam proyeksi visual di tempat-tempat terpilih seperti Pojok Benteng Barat, area Siti Hinggil, dan baliho-baliho kosong di jalanan Mataram, mereka mempresentasikan perubahan konteks dari gambar, foto, dan video kepada orang yang lalu-lalang di jalan secara singkat. Konteks dalam visual tersebut kemudian menjadi semakin kuat, kabur, atau bahkan justru menjadi ironik dan memprovokasi, seperti halnya karya-karya Ellert lainnya; memancing ketertarikan dan keterbukaan dalam melihat segala hal.
___
Agnes Christina (lahir di Jakarta, 1987) adalah seniman Indonesia yang tinggal dan bekerja di Singapura. Dalam karyanya Agnes mengkombinasikan performans, teater, tari, proyeksi video, wayang serta lukisan, dan dengan itu menciptakan berbagai lapisan presentasi. Momen kacau dalam kehidupan dan bagaimana orang berurusan dengan hal tersebut merupakan tema yang kerap kali diangkat dalam karyanya. (www.mrsious.wordpress.com)
Alex Cuffe (lahir di Sydney, Australia, 1987) adalah perupa dan seniman suara yang berbasis di Melbourne. Alex menamatkan sarjana Seni Rupa di Queensland College of Art dan telah terlibat di berbagai pameran bersama dan tunggal di Australia dan Eropa. Ia juga menjadi bagian dari band noise-rock primitif Sky Needle, dimana dia membuat “unstruments”-nya sendiri. (www.alexcuffe.com)
Ellert Haitjema (lahir di Menaldumadeel, Belanda, 1958) adalah perupa Belanda yang berbasis di Amsterdam. Karya-karyanya berkonsentrasi pada instalasi, patung, fotografi dan intervensi di ruang publik. Ellert juga bekerja sebagai dosen di Rietveld Art Academy dan Amsterdam School of Arts. (www.ellerthaitjema.nl)
*Tulisan adalah sebagian dari Rilis Pers Pameran Hotwave #5, dipublikasikan oleh Rumah Seni Cemeti, 23 November 2012