Mulur Mungkretnya Tiga Seniwati


Selama residensinya di Rumah Seni Cemeti, Fitri Setyaningsih, Fukamachi Reiko dan Katia Engel mengembangkan serangkaian karya yang terinspirasi dari pemikiran filsuf Ki Ageng Suryomentaram tentang Mulur Mungkret. Falsafah Mulur Mungkret yang terdapat dalam naskah Wejangan Kawruh Beja Sawetah, adalah gagasan Ki Ageng Suryomentaram yang digunakan untuk memahami pencapaian keinginan manusia yang selalu merenggang dan menyusut. Sebagaimana sifat asli manusia yang selalu tak pernah puas, manusia selalu menginginkan suatu hal yang lebih ketika mereka telah mendapatkan sesuatu. Namun sebaliknya, keinginan  manusia juga dapat sewaktu-waktu menyusut ketika harapan mereka tidak tercapai.


Terhadap gagasan Mulur Mungkret tersebut, Tiga seniman tersebut melakukan pendekatan dari berbagai sudut pandang untuk menemukan penafsiran masing-masing. Bagi tiga seniman residensi ini, mulur mungkret seperti wilayah abu-abu manusia, keluwesan dalam gerak dan ruang,  elastisitas waktu, keterbalikan arah, asimetris, perubahan hubungan manusia dengan alam, serta pergantian peran.

Fitri mengembangkan sebuah performans bersama Muhammad Nur Qomaruddin, Dhawah Sami-sami (jatuh sama-sama). Dalam dua balok putih bersebelahan yang memanjang ke atas, terdapat dua cermin di sisi yang berhadapan dengan posisi yang berbeda, satu di sisi bawah, dan satu berada di sisi atas. Di instalasi itu Fitri menempatkan dirinya di salah satu balok, berdiri di atas bayangan Qomar dalam cermin. Sedangkan Qomar melakukan handstand di sisi yang lain, di bawah bayangan tubuh Fitri dalam cermin. Selama beberapa saat mereka mempertahankan diri mereka, memaku diri ke balok tersebut. Menggeliat bersama-sama, pelan dan tertata, seirama dengan suara yang mengiringi mereka bergerak.

Dalam prosesnya, Katia membuat video yang merespon karya tersebut, Belajar pada Aliran 1 dan Belajar pada Aliran 2. Video yang memperlihatkan tentang aliran air dan bayangan tersebut ditembakkan secara asimetris ke sisi balok lainnya. Sedangkan Reiko, yang terinspirasi dengan karya tersebut, membuat karya lukis sebagai responnya, yang berjudul sama dhawah sami-sami. Karya tersebut berupa lukisan abstrak sejumlah 5 panel yang disusun vertikal ke atas hingga menyentuh langit-langit galeri. Karya-karya yang saling bertautan tersebut menyampaikan satu gagasan yang sama dari tiga seniman residensi tersebut: serba keterbalikan.

Diluar karya performansnya, Fitri juga menampilkan 4 karya fotografi dan 9 seri gambar cat air di atas kertas. Di sini, Fitri menjadi Fitri yang berbeda, mencoba keluar dari perannya yang sering dikenal sebagai koreografer. Mulur mungkret seperti area abu-abu dimana manusia dapat menjadi manusia yang lain. Begitu juga Reiko yang dikenal sebagai perancang busana memperlihatkan dua karya lukis lainnya serta dua seri karya fotografi mengenai perubahan hubungan manusia dengan alam yang semakin mengendur, sedangkan yang seharusnya adalah yang sebaliknya.

Sedangkan Katia juga menampilkan satu karya video lain yang memperlihatkan separasi visual pemandangan lalu lintas, serta satu seri karya fotografi berjudul 'duration'. Melihat karya foto ini kita seperti melihat elastisitas akan waktu. Seri foto yang ditata secara asimetrs ini adalah pembesaran dari bercak air di atas kertas yang ditangkap secara periodik, membuat kita melihat detail dari persepsi waktu yang berbeda.

___
Fitri Setyaningsih (lahir di Solo, 1978), menempuh pendidikan tari di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) di Surakarta, dan Jurusan Koreografi STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) di Surakarta. Dalam koreografinya, Fitri melakukan eksperimentasi dalam melintasi batas-batas seni tari: ide, ruang, kostum dan gerak untuk artistik pemanggungannya.
http://fitrisetyaningsih.blogspot.com/
___
Fukamachi Reiko (lahir di Tokyo, Jepang) memperoleh pendidikan seni dari Denenchofu Art School (Tokyo), Kuwasawa Design College (Tokyo), dan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (Yogyakarta). Reiko berkarya dalam art fashion design, fashion performance, juga fotografi, dan karya lukis. Pada tahun 2002 dia memenangi Audience Prize on Spiral Independent Creators Festival (SICF, Tokyo, Jepang).
http://web.me.com/rhythmluck/The_Ultimate_Hug/
___
Katia Engel (lahir di Augsburg Jerman, 1970), menyelesaikan studinya di Dance Institute Bremen, Jerman dan Laban-Bartenieff Institute of Movement Studies, New York. Katia bekerja secara lintas disiplin, dari performance, installasi, video, hingga fotografi.
www.katiaengel.com

*Tulisan adalah sebagian dari Rilis Pers Pameran Mulur Mungkret, dipublikasikan oleh Rumah Seni Cemeti, 24 Februari 2012

Sita Sarit • 2018-2019