Menyusur Karimun Jawa (Part One)

Pelabuhan Karimun Jawa, salah satu gerbang utama eksplorasi utara Jepara
Pantai bukan destinasi favorit saya, tapi birunya air yang bertepian dengan buih-buih sisa ombak selalu bisa membuat saya melamun dan tersenyum sendiri. Saat itu saya menaiki sebuah kapal feri cepat menuju Karimun Jawa, pulau yang sudah lama ingin saya kunjungi. Meskipun jarak tempuh hanya 3 jam, perjalanan dengan Feri itu serasa selamanya buat saya. Saya yang sering mabuk perjalanan terpaksa menahan diri pagi itu, apalagi cuaca laut sedang tidak baik. Ombak sangat tinggi kurasa. 

Di kapal yang terasa diombang-ambing itu, air terlihat seperti mau menghantam sisi kapal satunya yang bisa saya lihat dengan jelas karena saya duduk di buritan kapal, bagian luar. Meskipun suami saya Muhammad sudah mengantri tiket sejak pukul 7 sebelum dermaga Jepara dibuka, nyatanya kami kebagian antrian ke-tiga, di mana pada antrian ke-dua semua tiket untuk duduk di kursi nyaman di area dalam Feri sudah habis. Kami masih bisa naik katanya, dengan membeli seharga tiket normal tetapi harus duduk di buritan kapal, bagian luar. Untungnya di luar sini angin bisa berhembus deras di sela-sela tubuh dan hidung saya. Membebaskan saya dari mabuk, dan memberikan kemungkinan masuk angin yang besar. 

Di Karimun saya dan Muhammad bertemu dengan beberapa temannya yang sedang bertugas menyelam dan diberikan informasi tentang penginapan, warung dan aktivitas yang menarik di sana seperti snorkeling dan berkeliling pulau. Ahli selam pencari kapal karam, kepala dusun, penyuplai bensin beberapa pekerjaan mereka. Malam pertama kami habiskan dengan makan ikan bakar di alun-alun Karimun dan tidur nyenyak di guest house milik warga untuk memulihkan tenaga sembari menyingkir dari hujan deras yang mengguyur pulau. 


Hari sebelumnya kami menempuh 6 jam perjalanan naik bus lokal dari Jogja ke Jepara dan bau asin pantai sudah membuat kami nyenyak. Untungnya teman kami di Karimun membantu mencarikan Tiket untuk kepulangan dengan kapal cepat yang memotong jarak jalan menjadi 3 jam, dan itu memberikan waktu lebih di Jepara untuk menikmati Pindang Serani sebelum kami pulang ke kampung halaman dan menyimpan memori perjalanan seru di Karimun Jawa dalam hati.


ciao!
sita sarit

Bersama penumpang lain yang tidak kebagian kursi, tetap membayar penuh dengan risiko duduk di buritan

Peta kepulauan Karimun dapat dilihat di dermaga

Aye, Captain!! 
Ikan segar diasap berbahan bakar kulit dan bonggol jagung, makan malam di Alun-alun Karimun

Jalan menyusuri pulau Karimun Jawa sangat rindang dan indah

Sita dan Muhammad bersiap untuk snorkeling :)
Matahari hampir tenggelam di tengah laut 

pemandangan sehari-hari di Karimun
Bersama teman penyelam Madha, menuju kapal milik negara KMP Siginjai, untuk pulang ke Jawa

Pindang Serani dari RM. Cipto Roso, rasa lezat menutup perjalanan di Jepara

Sita Sarit • 2018-2019