Mengintip Blogger dan Identitas dari Desain Muka
Blog sudah menjadi kata yang tak asing lagi bagi para pengguna internet, walaupun hanya sekedar pernah mendengar, membuka, membaca, atau bahkan pernah membuat dan memanfaatkan blog. Bila sebelumnya kita pernah mengenal web-page (halaman web), maka blog atau weblog tak lain adalah turunan dari web-page yaitu layanan sub-domain sekaligus posting konten web-page dengan nama pilihan pribadi yang ditempeli dengan embel-embel nama server. Pengelolaan bersifat pribadi dan sesuka hati para pengguna blog. Sebagian besar layanan blog bebas dari biaya alias gratis, tetapi terkadang beberapa server memberikan fitur tambahan dengan insentif biaya tertentu. Blog kemudian menjadi populer dan digunakan sebagai ruang publikasi alternatif di dunia virtual, di samping web-page tentunya. Blogger kemudian menjadi istilah khas untuk menyebut pengguna blog secara umum.
Fenomena blog ini semakin berkembang lantaran biaya yang gratis, mudahnya pembuatan dan penggunaan blog itu sendiri, serta sub-domain atau nama blog yang sudah cukup terkenal dan mudah untuk dihapalkan. Beberapa sever blog yang cukup terkenal antara lain Blogger dan Wordpress saling berkompetisi. Menuai efek perkembangan blog, para penyedia layanan internet berjenis lain kemudian ikut menambahkan fitur blog dalam layanannya, seperti My-Space dari MSN, Geocities, Multiply dan Friendster Blog.
Kalau dicermati lebih lanjut, fenomena blogger (pengguna blog) saat ini tidak hanya menggunakan blog sebagai media untuk publikasi tulisan, tetapi juga sebagai aktualisasi ekspresi diri melalui desain blog. Selain tulisan, tampilan lay-out blog, atau lebih sering disebut sebagai template, menjadi perhatian blogger. Bagi kebanyakan blogger, penggunaan template perlu diperhatikan karena berkenaan erat dengan bagaimana bentuk publikasi tulisan nanti.
Di dalam satu halaman blog susunan tulisan memang perlu dirapikan, sehingga pembaca menjadi tidak lelah dan bosan dalam menikmati isi blog tersebut. Dalam hal ini, template akan berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu membatasi ruang untuk menulis. Template juga diperlukan dengan tujuan memberikan space secukupnya untuk memuat keterangan di samping tulisan utama. Space yang berlebih tersebut biasa digunakan untuk memuat identitas dan foto diri penulis. Selain itu juga terdapat arsip untuk penelusuran tulisan-tulisan sebelumnya serta pencantuman link ke berbagai alamat web atau blog lain yang terkait dengan halaman blog tersebut. Bagian ini dipisahkan dari tulisan utama dengan harapan akan kemudahan akses pembaca terhadap informasi lebih tentang blog dan penulisnya.
Dualisme Identitas: Alter Ego
Sedangkan tujuan lain dapat dilihat dari penggunaan blog sebagai tren di dunia cyber. Perlu diketahui bahwa saat ini cyber culture menjadi salah satu faktor penting yang menunjang penyebaran blog. Cyber culture atau budaya virtual, timbul ketika banyak manusia berinteraksi didunia virtual sehingga lahirlah kebudayaan baru yang mencakup segala etika dalam berinteraksi antar sesama pengguna internet. Para pengguna internet ini kemudian mempunyai identitas ganda, yaitu di dunia nyata dan di dalam jaringan internet. Identitas baru itu dapat dilihat dengan jelas,misalkan berbentuk akun dalam e-mail, website, game online, maupun blog. Selain kepemilikan akun, identitas virtual juga berkaitan dengan identifikasi “fisik” dalam akun tersebut, misalnya dengan avatar game, koleksi foto, ide dalam tulisan, serta bentuk-bentuk lain yang seringkali disebut dengan ID. Identitas ini menjadi penting sebagai basis interaksi dengan sesama pengguna web lain, pengenalan seseorang dapat dilihat dengan mudah dari ID-nya. Dan dari sinilah tren untuk menulis di blog mulai muncul. Bagi kebanyakkan blogger, menulis di blog akan menunjukkan eksistensi dirinya dalam dunia virtual. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan blog-nya, yaitu lewat tulisan dan tentu saja template blog.
Dalam berbagai kasus yang muncul, identitas virtual biasanya diambil atas representasi identitas nyata mereka. Pencomotan identitas fisik dapat terlihat dari pernyataan-pernyataan mereka, atau bahkan foto-foto. Dalam blog, template juga digunakan sebagai pengenalan identitas virtual mereka. Misalkan dalam bentuk (font) tulisan, warna-warna, gambar, lay out tulisan, dan lain sebagainya. Berbagai tema template dapat menunjukkan preferensi kepentingan dan kesukaan penulis blog. Namun, karena mudahnya dibuat dan diubah, tak jarang para blogger “menyesatkan” pembaca dengan identitas yang berbeda. Hal itu dilakukan demi obyektifitas penulis akan isi blog.
Tapi di sisi lain, pengubahan identitas ternyata juga bisa menunjukkan alter ego penulis. Karena dengan begitu, Ia mempunyai kepuasan tersendiri atas perilaku pembaca terhadap “dirinya”. Dengan identitas yang berbeda, interaksi yang didapatkan dalam dunia virtual juga akan menjadi berbeda. Dan seperti jamur di musim hujan, penggunaan alter ego dalam identitas virtual semakin merebak, terutama di kalangan anak muda. Pencarian jati diri yang tak dapat dilakukan di dunia nyata kemudian ditumpahkan dalam interaksi sosial mereka dalam dunia web.
Template Favorit Pembaca
Template blog, lama kelamaan menjadi standar lain dalam penilaian blog, hal ini mungkin timbul karena kejenuhan akan kemunculan blog-blog baru. Dalam beberapa blog, ternyata topik yang dibahas tidak melulu berbeda, beberapa menulis berdasarkan topik tertentu, namun kebanyakan blogger menulis di blog seperti halnya memindahkan pengalaman hidupnya. Mereka mempergunakan blog laksana diary virtual. Blog tersebut menjadi tempat bertukar pikiran bagi relasi yang berjauhan, atau bahkan kepada masyarakat umum. Dan suburnya kemunculan blog membuat para blogger memutar otak demi menampilkan hal baru agar blognya dibaca. Sisi kualitas dan keaslian ide dalam tulisan menjadi dikesampingkan, bahkan dapat ditutupi oleh pemakaian template yang menarik. Pemakaian template yang menarik ternyata memang mempengaruhi preferensi pembaca blog.
Lalu template yang bagaimanakah yang diperlukan bagi para blogger? Hal ini dapat diketahui dari tujuan pemakaian template itu sendiri. Bagi blogger yang mementingkan kualitas tulisan, template mungkin menjadi tidak terlalu penting. Template dasar, seperti yang disediakan oleh provider blog menjadi pilihan utama karena lebih praktis. Memang, biasanya template dasar yang sangat sederhana membuat tulisan menjadi titik fokus pembaca. Namun ketika estetika menjadi hal yang utama selain tulisan misalnya, template kembangan menjadi alternatif bagi mereka.
Template kembangan dapat dibuat dengan mengubah template dasar yang disediakan oleh penyedia layanan blog. Dengan mengubah warna, susunan tulisan, atau bentuk font dapat menjadikan blog berbeda dengan blog milik orang lain. Selain itu, fitur tambahan menjadikan blog semakin variatif. Penambahan shoutbox misalnya, memberikan space bagi pengunjung untuk berbagi kesan setelah membaca blog. Pengembangan template semacam ini menjadi pilihan utama untuk menjadi berbeda.
Selain mengembangkan template dasar, menggunakan template lain yang sudah jadi merupakan pilihan lain. Template ini ternyata banyak disediakan oleh para blogger yang ingin berbagi keahlian. Penyebaran template juga dilakukan secara gratis. Sedangkan pilihan terahir adalah mengembangkan template sendiri, dengan software khusus seperti Moveable Type, Joomla, Mambo, atau Wordpress. Memang, yang terakhir ini membutuhkan usaha yang lebih.
Desainer template
Kemudian, hal penting lainnya bagi pengguna template blog kembangan adalah siapa desainer template tersebut. Tentu saja hal ini berkaitan dengan orisinalitas desain. Bagi beberapa blogger, mengubah template biasanya lebih baik dilakukan oleh pemilik blog sendiri. Selain memuaskan hati, hal ini juga dapat meningkatkan popularitas pemilik blog. Biasanya pencantuman nama pribadi terdapat di salah satu bagian dalam template tersebut. Walaupun begitu, salah satu kekurangan dalam mengedit template secara pribadi adalah karena keterbatasan ide dan keahlian.
Sedangkan bagi beberapa blogger lain, memberikan pekerjaan kepada para desainer blog yang memang sudah berpengalaman dianggap menjadi jalan yang terbaik. Bahkan, beberapa penduduk Indonesia saat ini sudah banyak yang berprofesi sebagai desainer blog atau konsultan. Beberapa nama seperti Didats Triadi, Isnaini atau Enda Nasution sudah cukup dikenal oleh para blogger Indonesia. Dari segi kualitas tentu saja dapat diandalkan. Menggunakan salah satu template milik mereka sudah merupakan kebanggaan tersendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Didats dalam slogan weblog-nya, Didats.net, “different class, different version”. Hal ini menunjukan pengkastaan pemilik blog atas berbagai versi template. Blogger tidak hanya dinilai dalam hal kecakapan menulis, namun juga dalam menyajikan tulisan dalam blognya. Hal ini kemudian menjadi tren yang menjamur di kalangan blogger.
Namun pemilihan dari siapa yang akan mendesain blog dipengaruhi oleh banyak hal. Seperti yang telah disebut di atas, template yang dikerjakan secara pribadi memang membutuhkan banyak waktu dan pembelajaran. Akan tetapi apabila dikerjakan oleh orang lain berarti harus menyiapkan segepok uang yang tidak cukup sedikit. Selain itu apabila menggunakan template open source, tentu saja pertimbangan template yang personal harus diperhatikan.
Eksistensi Blogger di Dunia Virtual
Jelas dapat diketahui bahwa perkembangan blog belum menemui titik kejenuhan. Tetapi banyaknya blogger yang bermunculan membuat para blogger harus senantiasa kreatif agar blog-nya tetap dibaca oleh orang lain, meskipun hanya relasi sendiri. Dengan menggunakan template tertentu, blog menjadi lebih menarik dan blogger menjadi semakin dikenal. Identitas virtual yang dibangun akan semakin kuat. Berbagai tampilan blog juga menunjukkan pengkastaan blogger. Dalam dunia web, pengetahuan IT sangat diunggulkan, dan pembuatan template menjadi salah satu kriteria dalam mengetahui tingkat pengetahuan seseorang dalam bidang IT. Hal ini terjadi karena memang template blog dibangun berdasarkan kode-kode tertentu dan diperlukan pemahaman yang lebih untuk membuat template yang menarik. Template menunjukkan kemampuan kreatifitas otak sang penulis.
Template blog juga menunjukkan profesionalitas seorang blogger. Blogger, laiknya seorang jurnalis di dunia virtual. Dan blog, adalah medianya, seperti surat kabar. Seorang jurnalis yang profesional tentunya akan mempublikasikan tulisan dalam bentuk media yang teratur. Seperti pembagian kategori tulisan menurut topik, lalu penempatan komentar pembaca yang disendirikan seperti halnya kolom surat pembaca dan sebagainya. Dari sini template blog akan membuat blogger merasa seperti seorang jurnalis sekaligus redaksi blognya. Dari sini kesempatan untuk meraih pembaca akan lebih mudah.
Sedangkan yang terakhir adalah menyangkut tren. Tak ubahnya fashion, template weblog merupakan indikator fashion di dunia web. Dengan identitas yang telah mereka bangun lewat blog, karakter seseorang menjadi lebih mudah untuk ditebak. Karakter atau kepribadian dapat direpresentasikan lewat pemilihat template blog. Misalkan melalui warna, goresan, font tulisan, serta ilustrasi yang digunakan. Dari sini mereka mulai membangun karakter sesuai yang mereka sukai. Identitas yang terlihat dalam karakter ini dapat diambil dari identitas nyata blogger, namun tidak sedikit dari mereka yang membangun identitas berdasaran alter ego mereka. Menjadi diri yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan harapan akan mendapat interaksi yang berbeda di dunia virtual. Meskipun demikian, tentu saja karakter ini terbatas kepada karater identitas mereka di dunia virtual.
Walaupun demikian, blog hanyalah satu media dalam memahami realitas identitas seseorang di dunia virtual. Dan template menjadi satu bagian dalam memahami identitas yang mereka coba bangun. Walaupun blog telah menjadi sebuah ruang tersendiri, tetapi kita tetap tidak bisa menyamakan identitas seseorang di blog dengan identitas asli mereka di dunia nyata. Seberpa penting template blog dalam menampilkan kepribadian blogger tetap saja dipengaruhi oleh konten yang dimasukkan dalam blog itu sendiri. Nah, lalu apa hubungan antara pilihan template blog terhadap eksistensi para blogger sekarang ini?
*dipresentasikan dalam forum menulis Aksara, di IVAA, Yogyakarta, 2007