|
Berdiri dari ranjang, segera
menuju ke kamar mandi, mencuci muka dan menyikat gigiku yang penuh
sisa makanan yang menempel tadi malam, kadang-kadang ketika asam
lambung naik aku terdengar seperti ibu hamil muda yang kesakitan
karena morning-sicknya. Yang kadang-kadang seperti sekarang
ini: aku tidak suka.
Pesan-pesan di ponselku tidak terbaca,
hanya terlihat sekilas notifikasi di layar bersamaan dengan dompet
dan handuk yang tergesa kumasukkan ke dalam tas jinjing hitam. Ada
sebotol sabun, satu sachet sampo dan juga baju renang yang menyusul
untuk kucari dan kubawa pergi pagi ini. Cukup lima menit saja untuk
membuatku tidak bersabar dan mengeluarkan segala umpatan dalam
hatiku. Tetap saja tidak ketemu. Sampai aku harus keluar kamar dan
bertanya pada ibuku.
Tidak pernah aku membayangkan akan
menjadi seorang yang obsesif kompulsif bila melihat bentuk kamar dan perilakuku terhadap semua barang di dalamnya, tidak terurus dan
terserah dimana aku meletakkannya.
Dua menit setelah aku bertanya ibuku
sudah membawakan barang-barang yang tadi kucari. Ada di atas meja
tamu, katanya. Aku lupa kalau ternyata tadi malam sudah
kusiapkan barang-barang itu di sana. Aku lega dan berterimakasih
pada ibuku lalu menggeleyer motor dan pergi begitu saja. Ibuku cuma
diam. Dia sudah tahu kemana aku akan pergi.
***
Tempat ini sedang direnovasi. Keramik
biru yang menyelimuti semua lantai mulai dipipili, ada beberapa yang
tersisa dan beberapa lainnya menumpuk di ujung dekat ruang ganti
pakaian. Serpihan tanah melapisi telapak kakiku yang membuat risih
untuk masuk dalam kolam.
Aku ambil setangkup air, pelan kubasuhkannya ke jari-jari dan telapak kakiku. Meskipun sepertinya
orang lain tidak ambil peduli karena airnya terlihat opaque,
dan sedikit cokelat.
Sedikit dingin dan ragu-ragu, air
mengaliri mukaku. Masih belum basah seluruhnya badanku sebelum masuk kolam.
Biarkan saja, toh air kotor inilah yang nantinya membawa jamur-jamur
ke kulitku, bukan sebaliknya—sebagai akhir terburuk pun bukan aku
yang jahat, menurutku.
Aku diam di air. Mencerap suasana dan
mengimajinasikan kolam ini pada empat belas tahun yang lalu. Di mana
aku masih takut bertemu kolam ini, dan percik-percik airnya. Dan
manusia-manusia yang berenang kesana-kemari. Dan bayang-bayang akan
makhluk yang bisa saja menarikku dari dalam kolam.
Mataku terbuka. Aku masih di kolam ini.
Dengan segala ingatan dan ketakutan. Sampai kini. Tahun ini.
Solo, Juli 2011.