Borobudur, the Missing Beauty.
drawing on bodhi leaf, courtesy of the photographer (not me!) |
Bukan, bukan candi yang saya maksudkan dengan cantik disini. Walaupun memang saya akui candi Borobudur cantiknya bukan main, mempesona, menjerat malah. Namun jeratan candi Borobudur ini saya kira telah melenyapkan kecantikan yang lain, indahnya alam dan hasil budaya yang lebih hidup, yang mengitari, melengkapi poros kemegahan candi itu sendiri.
Memang, sejak diketemukannya reruntuhan candi, kala itu Indonesia masih berada di bawah jajahan Belanda, candi Borobudur sudah menyerap pandangan seluruh masyarakat Indonesia, bahkan juga dunia. Dan hingga kini, begitu dahsyatnya hasil temuan itu, membuat semua pihak berkejar-kejaran mendapatkan keuntungan dari candi Borobudur. Sektor pariwisata tentunya, yang menjadi sumber keuntungan materiil, tak dipungkiri sebagai inti dari semua masalah yang kemudian mengakar di kawasan Borobudur.
Media Milik Siapa?
the invisible hands, computer art, by me, 2009 |
Beberapa hari ini aku lagi demen banget membicarakan media. Tentang media Singapura yang menyiarkan berita meninggalnya mahasiswa Nanyang Technological University (NTU) dari Indonesia, David Hartanto Widjaja.
David dikabarkan bunuh diri setelah menikam salah satu dosen di universitas tersebut. Sungguh menyedihkan. Tapi disini aku nggak bicara tentang kisah David. Kalau mau ceritanya lihat referensi di bawah :)
Cuma cross posting dari milist HI 2005, ini mungkin bisa jadi obrolan yang menarik.
Pertanyaan yang diajukan salah satu temanku, Sururi, membuatku ikut berpikir
"apakah media sedang melakukan framing?"
Green and Modern City of S’Pore
Di Orchard Rd. SG, 2009 |
Abadikan dengan coretan
Dua hari yang lalu, Sita secara sengaja melupakan sebuah pertemuan dengan seorang rekan komunitas, Elanto Wijoyono. Pertemuan dengan Joy itu, panggilan keren Elanto, seharusnya terjadi di siang bolong selepas kondangan pernikahan teman Sita, namun apa daya ternyata tuhan berniat lain.
Hujan mengguyur Jogja seharian. Tak begitu deras sebenarnya, tetapi cukup membuat malas jika harus berbasah-basah ria demi sebuah formulir fotokopian dari Joy. Apalagi waktu itu Sita hanya nebeng naik motor bersama sahabat. Manapula masih terdesak waktu karena harus datang kuliah di kampus Sadhar Mrican tepat pukul dua. Akhirnya niat bertemu Joy harus diundur dengan segera.
Hujan mengguyur Jogja seharian. Tak begitu deras sebenarnya, tetapi cukup membuat malas jika harus berbasah-basah ria demi sebuah formulir fotokopian dari Joy. Apalagi waktu itu Sita hanya nebeng naik motor bersama sahabat. Manapula masih terdesak waktu karena harus datang kuliah di kampus Sadhar Mrican tepat pukul dua. Akhirnya niat bertemu Joy harus diundur dengan segera.
Subscribe to:
Posts (Atom)